Warga negara Indonesia sudah mulai khawatir, dengan terjadinya lonjakan Nilai Tukar Rupiah dengan dolar (AS) yang bisa saja memicu krisis ekonomi yang pernah menyerang negara ini tahun 1997-1998. Mengakibatkan gejolak politik dan meruntuhkan kepemimpinan Soeharto untuk lengser dari jabatannya. Setelah memperingati 70-thn Indonesia merdeka, nilai tukar rupiah terhadap dolar US, sepertinya terjun tanpa hambatan dengan rentang watu beberapa hari saja, mata uang negara ini menghawatirkan dengan menyentuh nilai Rp 14.000 per 1 dolar.
Kejadian ini mengingatkan kembali akan masa lalu yang begitu buruk pada saat kejadian krisis moneter “kawasan Asia” tahun 1997-1998, dengan mengaibatkan harga-harga di tanah air ini melambung tinggi. Memicu arus gelombang protes yang berubah menjadi kerusuhan di pelosok negeri untuk meruntuhkan orang nomor 1 pada waktu itu, yang berkuasa selama 30 tahun. Beberapa pakar ekonomi mengatakan, bahwa keadaan perekonomian sekarang ini tidak bisa disamakan dengan kejadian krisis masa lalu.
Jangan sampai rupiah yang kita banggakan mempunyai cerita yang sama dengan dollar zimbabwe
Di puncak krisis ekonomi Zimbabwe pada 2008, harga barang-barang kebutuhan pokok melonjak dua kali sehari. Untuk membeli kebutuhan pokok, seperti roti atau susu, warga Zimbabwe harus menyediakan beberapa kantong plastik untuk membawa setumpuk uang.
Akibat begitu tak berharganya mata uang lokal mereka, pada 2009, warga Zimbabwe lebih banyak menggunakan mata uang asing, seperti dollar AS dan mata uang Afrika Selatan, rand, dalam transaksi sehari-hari.
Pecahan tertinggi yang pernah dicetak Bank Sentral Zimbabwe (RBZ) adalah 100 triliun dollar yang hanya cukup untuk ongkos naik bus selama sepekan. Adapun uang sebesar 100 miliar dollar Zimbabwe hanya bisa ditukar dengan tiga telur. Selain untuk naik bus dan membeli telur, apa lagi yang bisa dibeli dengan mata uang dollar Zimbabwe?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar